Jenggot dan kedudukanya dalam syariat islam

oleh : Su’ud Hasanudin

Muqadimah

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt, Tuhan semesta alam, menciptakan pagi dan petang, siang dan malam. Semua sujud dan tunduk kepadanya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah salallahu alaihi wa sallam. Nabi akhir zaman, risalahnya merupakan penutup semua kenabian dan menghapuskan segala syariat yang telah ada sebelumnya.

Memotong kumis dan memelihara jenggot

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ مِنْ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الْأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ

Artinya : dari ‘Aisayah ra. Rasululah sallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: sepuluh dari pada fitrah ; memendekkan kumis, memanjangkan jenggot, siwak (gosok gigi) dan beristinsyak, memotong kuku, membrsihkan kuku-kuku jari, membersihkan bulu ketiak, memetong ari-ari, beristinjak.<!–[if !supportFootnotes]–>[1]<!–[endif]–>

Imam an-Naisaburi mengatakan dalam Badlul Majhud Syarh Sunan Abu Daud, yang dimaksud adalah sepuluh sunan atau kebiasaan yang lumrah dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu, yang juga dijadikan ketentuan dalam agama, dan seperti itu juga fitrah manusia pada umumnya, dan begitulah sunan (ketentuan) agama yang berakar pada Ibrahim alahi salam.

Dan yang dimaksud dengan fitrah adalah agama, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat ar-Rum : 30.

Perintah memanjangkan jenggot

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْهَكُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى

Artinya : dari Ibnu ‘Umar ra. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasalam : pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot<!–[if !supportFootnotes]–>[2]<!–[endif]–>

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ

Artinya : dari Abu Hurairah ra. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : pendekanlah kumis dan biarkanlah jenggot <!–[if !supportFootnotes]–>[3]<!–[endif]–>

عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى

Artinya : dari Ibnu ‘Umar ra. Dari Rasulullah sallallhu ‘alaihi wasalam bersabda : pendekanlah kumis dan biarkanlah jenggot.<!–[if !supportFootnotes]–>[4]<!–[endif]–>

عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ

Artinya : dari Ibnu ‘Umar ra dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : selisihilah kaum musyrikin, potonglah kumis dan biarkanlah jenggot<!–[if !supportFootnotes]–>[5]<!–[endif]–>

عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ أَمَرَ بِإِحْفَاءِ الشَّوَارِبِ وَإِعْفَاءِ اللِّحْيَةِ

Artinya : dari Ibnu ‘Umar ra dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan untuk memendekan kumis dan membiarkan jenggot.<!–[if !supportFootnotes]–>[6]<!–[endif]–>

Sifat jismiyah Rasulullah salallahu alaihi wa sallam

عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ قَالَ قُلْنَا لِخَبَّابٍ هَلْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ قَالَ نَعَمْ قُلْنَا بِمَ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ ذَاكَ قَالَ بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ

Artinya : dari abi ma’mar ia berkata : aku berkata kepada khubaib: apakah Rasulullah sallallhu ‘alaihi wasalam membaca pada saat sholat dhudur dan ashar ? ia berkata : ya. Aku tanya lagi : dari mana kmu mengetahuinya pada waktu itu ? ia menjawab dari gerakan jenggotnya.<!–[if !supportFootnotes]–>[7]<!–[endif]–>

عَنْ أَنَسٍ يَعْنِي ابْنَ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنَكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ وَقَالَ هَكَذَا أَمَرَنِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ

Artinya : dari anas bin malik, sesungguhnya Rasulullah sallallhu ‘alaihi wasalam apabila berwudhu’ mengambil air dengan telapak tangannya, kemudian beliau masukan pada …………. Kemudian beliah menyelah-nyelahi jenggotnya. Kemudian beliau bersabda : demikianlah yang diperintahkan Tuhanku yang maha gagah dan maha tinggi.<!–[if !supportFootnotes]–>[8]<!–[endif]–>

عَنْ سِمَاكٍ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ شَمِطَ مُقَدَّمُ رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ وَكَانَ إِذَا ادَّهَنَ لَمْ يَتَبَيَّنْ وَإِذَا شَعِثَ رَأْسُهُ تَبَيَّنَ وَكَانَ كَثِيرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ

Artinya : dari simak, sesungguhnya dia mendengar jabir bin samurah berkata: sesungguhnya rasulullah sallallhu ‘alahi wasalam telah berubah warna rambut bagian depannya, dan juga jenggotnya, dan apabila meminyaki rambutnya, maka tidak nampak perubahan rambutnya itu. Dan apabila terurai, maka terlihat perubahan pada rambutnya itu, dan beliau adalah seorang yang berjenggot tebal.<!–[if !supportFootnotes]–>[9]<!–[endif]–>

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا قَصِيرٌ وَلَا طَوِيلٌ عَظِيمَ الرَّأْسِ رَجِلَهُ عَظِيمَ اللِّحْيَةِ

artinya : dari ‘Aly ra. Ia berkata : sesungguhnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasalam seorang yang tidak pendek dan juga tidak terlalu tinggi, dia adalah seorang yang kepalanya besar, dan juga labat jenggotnya.<!–[if !supportFootnotes]–>[10]<!–[endif]–>

Ada juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tabrani dalam Mu’jamul Kabir IV: 48-50 dan juga Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak III: 9-11 dengan sanad yang bagus dan Imam ad-Dzahabi menyepakatinya dengan lafadz :”adalah Rasulullah sallallahu ‘alahi wasalam seorang yang lebat jenggotnya”.

Dari sekian hadits yang telah ada, dan secara kenyataan memang tidak bisa dielakan bahwa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasalam sebagai orang arab, adalah berjenggot tebal.

Catatan :

Masalah menyelah-nyelahi jenggot dalam berwudhu’ akan kami sendirikan dalam pembahasanya. Insya Allah dalam kesempatan berikutnya.

Ukuran Jenggot

عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا حَجَّ أَوْ اعْتَمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ فَمَا فَضَلَ أَخَذَهُ

Artinya : dari Ibnu ‘Umar ra. Dari Rasulullah sallallhu ‘alaihi wasalam bersabda : selisihilah orang-orang musyrik, pendekanlah kumis dan biarkanlah jenggot, dan adalah Ibnu ‘Umar apabila ia haji atau umrah ia menggenggam jenggotnya dan tidak jenggotnya tidak lebih dari yang ada di gengamanya.<!–[if !supportFootnotes]–>[11]<!–[endif]–>

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُ مِنْ لِحْيَتِهِ مِنْ عَرْضِهَا وَطُولِهَا

Artinya : sesungguhnya Rasulullah sallallhu ‘alaihi wasalam, mengambil jenggotnya<!–[if !supportFootnotes]–>[12]<!–[endif]–>

Larangan menyerupai wanita.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

Artinya : dari Ibnu ‘Abbas ra. Ia berkata : Rasulullah sallallhu ‘alaihi wasalam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.<!–[if !supportFootnotes]–>[13]<!–[endif]–>

Keterangan.

Permasalahan mencukur dan memanjangkan jenggot ini memang membawa perbincangan yang memanjang dan memakan waktu yang panjang.

Saya, secara pribadi, dalam hal ini tidak akan memberikan kesimpulan hukum,dan saya belum berani mengatakan; masalah ini adalah masalah ahkam. sebab dalam kenyataannya, permasalahan yang saya ketengahkan kali ini tidak luput dari berbedaan pendapat dan tariqotul istimbat.

Perbedaan pendapat dan tariqotul istimbat tidak dapat saya elakkan, sebab kedatangan hadits menyangkut permasalahan inipun bermacam-macam, ada yang datang dengan (‘Asyru min al-Fitrah), ada juga yang dengan menggunakan shighoh perintah (‘Amr) ada, ada juga yang datang dalam bentuk dorongan (al-khats), dengan menyebutkan sifat jismiyah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasalam.

Ada juga sebagian fihak yang berhenti membahasanya. Bukan dikarenakan ketidak fahaman meraka, akan tetapi dikarenakan tidak mau memperuncing masalah dikalangan umat, dengan tanpa mengecilkan permasalahan ini sedikitpun, banyak diantara umat islam yang tidak mau mambahas lebih panjang.

Kesimpulan.

Hadits-hadits mengenai permasalahan lihyah keberadaanya tsubut. Datang dengan sighoh yang bermacam-macam.

Pesan

Jangan anda mencibir yang tidak berjengot, dan jangan mengatakan bolot dan kolot pada yang berjenggot. Wallohu a’lam bishowab

<!–[if !supportFootnotes]–>


<!–[endif]–>

<!–[if !supportFootnotes]–>[1]<!–[endif]–> HR. Muslim Syarh Imam Nawawie III: 147-148, Abu Daud (‘Aunul ma’bud) I : 79-81, Nasaie Syarah Imam asy-Syuyuthie: VIII: 126-128, Ibnu Majah I: 107, Imam Ahmad VI: 137, at-Thokhawie I: 297

<!–[if !supportFootnotes]–>[2]<!–[endif]–> Fathul Bari X: 351, Syarh Muslim li an-Nawawie III : 146-147

<!–[if !supportFootnotes]–>[3]<!–[endif]–> Syarkh Muslim li an-Nawawie III: 147

<!–[if !supportFootnotes]–>[4]<!–[endif]–> Syarkh Muslim li an-Nawawie III: 147

<!–[if !supportFootnotes]–>[5]<!–[endif]–> HR. Bukhorie dalam kitabul libas

<!–[if !supportFootnotes]–>[6]<!–[endif]–> Syarkh Muslim li an-Nawawie III: 147

<!–[if !supportFootnotes]–>[7]<!–[endif]–> Fathul Baarie II:270, ‘Aunul Ma’bud III: 17, Musnat Imam Ahmad bin Hanbal V:109

<!–[if !supportFootnotes]–>[8]<!–[endif]–> ‘Aunul Ma’bud I : 243, hadits ini juga diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi dan Ibnu Majah.

<!–[if !supportFootnotes]–>[9]<!–[endif]–> HR.Muslim (Syarh li an-Nawawie XV: 97, Musnat Imam Ahmad bin Hanbal V: 104

<!–[if !supportFootnotes]–>[10]<!–[endif]–> HR. Ahmad dalam Musnatnya I : 116 dan juga Ibnu Hibban, Imam al-Bani menshohihkanya.

<!–[if !supportFootnotes]–>[11]<!–[endif]–> HR. Bukhorie dalam kitabul libas, bab talqim al-atfaar

<!–[if !supportFootnotes]–>[12]<!–[endif]–> HR. Imam at-Tirmidzie, al-‘Uqaili, namun semuanya melalui Namun, ‘Umar bin Harun, ia adalah seorang yang haditsnya ditinggalkan. Lihat ad-Dhu’afa’ li Ibnu Adie: II: 243

<!–[if !supportFootnotes]–>[13]<!–[endif]–> HR. al-Bukhori, Abu Daud dan juga yang lainya.


Tinggalkan komentar