Memahami hadits; ad-Diinu an-Nashihah

Memahami hadits; ad-Diinu an-Nashihah

Oleh : *Suud Hasanuddin.

 

Puji syukur kepada Allah swt, dan kami minta ampun atas segala kealpaan dan dosa, dari segala keburukan yang pernah kami lakukan, dan kami berlindung kepada Allah dari segala kejelakan dan perbuatan tercela.

 

Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alai wassallam, kepada segenap keluarganya, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Topik pembahasan kami kali ini adalah mecoba menjelaskan hadits Rasulullah Shalallahu ‘alai wassallam yang berbunyi : “الدين النصيحة “. semoga menjadi bahan renungan yang bermanfaat bagi pembaca budiman semua.

 

Hadist tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut ;

 

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ.

 

Artinya : sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : ” agama itu adalah nasehat (loyalitas, dan ketulusan) “. Kami bertanya : buat siapa wahai Rasulullah ?. Rasulullah saw menjawab : ” kepada Allah dan kitabNya, dan para Rasulnya, dan kepada pemimpin umat islam, dan masyarakat islam secara keseluruhan. (HRS. Bukhori dan Muslim)

 

Yang dimaksud dengan (ad-Diin atau Agama)  dalam hadits ini adalah Islam secara keseluruhan. Sedangkan kata an-Nasihah dalam hadits ini memiliki makna murni, ibarat madu yang yang tidak dicampurkan oleh bahan apapun, maka dikatakan ia sebagai madu yang murni ( عَسَلٌ ناصح ).

 

 Adapun an-nasihah maknanya adalah ketulusan niat dari keinginan untuk menipu. ada kata yang menggunakan dasar kata yang sama ( التَّوبة النَّصوح  ). Bermakna taubat yang sungguh-sungguh, dimulai dari kejujuran diri sendiri terhadap pengakuan dosa dengan memohon ampunan kepada Allah swt, dengan tidak ada sedikitpun keinginan untuk lepas dari hukuman  akibat dari perbuatanya, misalnya supaya lepas dari hukuman penjara atau potong tangan, seseorang menyatakan sebuah penyesalan. Penyesalan yang demikian tidak dapat menjadikan seseorang lepas dari hukuman dunia.

 

Ungkapan الدين النصيحة adalah sebuah ungkapan yang mengunakan majas hiperbola, seperti dalam sebuah kalimat yang lain  الحج عرفة, haji adalah arafah. Sedangkan yang dimaksud adalah ketulusan dan keiklasan adalah modal yang sangat penting bagi seseorang untuk beragama. Demikianlah sebuah ungkapan yang menunjukan betapa pentingnya ketulusan dan keikhlasan dalam ajaran islam, bahkan kejujuran dan keiklasan hampir menempati kedudukan sebuah kata ringkas dari seluruh ajaran islam.

 

Kemudian lanjutan dari hadits tersebut ada yang bertanya “kepada siapa wahai Rasulullah?”. Kata pertanyaan ( لمن  ) dalam kalimat hadist tersebut adalah sebuah kata tanya yang menunjukan kepada siapa saja kita memberikan ketulusan dan keiklasan?. Kemudian Rasulullah saw menjawabnya dangan : ” kepada Allah, kepada kitab-Nya, kepada RasulNya, dan kepada para pemimpin umat Islam dan masyarakat Islam secara keseluruhan.

 

Yang dimaksud النصيحة لله adalah membersihkan iman dalam hati  kita dari noda syirik, baik kecil maupun besar. Serta tulus dalam beribadah kepadaNya.

Yang dimaksud النصيحة للكتاب adalah melaksanakannya, membelanya serta menyebarkannya. 

Yang dimaksud النصيحة للرّسول adalah dengan mentaatinya dan mempercayai apa yang diajarkan kepada kita dengan segenap hati melaksanakanya, dan menjahui apa yang dilarangnya dan yang dicelanya.

Yang dimaksud النصيحة للأئمة adalah sebuah ketaatan dan kepatuhan atas bimbingan dan ajakannya untuk melaksanakan ajaran islam secara benar.

Yang dimaksud النصيحة لعامة المسلمين adalah memberikan bimbingan dan panduan kepada masyarakat tentang agama islam dan hukum-hukumnya supaya dilaksanakan.

 

Hadits tersebut menunjukan sebuah kewajiban untuk taat dan petuh kepada Allah dan rasulNya dengan mengikuti semua perintah dan menjahui larangannya. Kepatuhan tersebut akan tercermin dengan tingkah laku kita yang terhiasi dengan perbuatan-perbuatan mulia sebagai mana yang disebutkan dalam al-Qur’an dan sunah. Dan dalam kehidupan, kita diwajibkan untuk menjadi manusia yang saling menasehati antara sesama saudara, teman dan kerabat kepada hal-hal yang dapat menjadi kebaikan di dunia dan diakhirat nantinya. Sedangkan terhadap penyelenggara pemerintahan, kewajiban kita adalah memberikan loyalitas terhadap bimbingan-bimbingan yang berdasarkan kebenaran. Loyalistas kita terhadap penyelenggara pemerintahan tidak boleh lepas dari pengetahuan al-wala’ wal-baro’ dalam islam. Satu nash yang jelas dipesankan kepada rasulullah saw ;” Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam melanggar yang dikehendaki oleh sang Pencipta”.

Wallahu a’lam bis showab.

 

*) Sekjend PPMI dan Ketua Umum Fospi Pakistan masa jihad sampai lulus.


2 respons untuk ‘Memahami hadits; ad-Diinu an-Nashihah

  1. Ustaz,

    kenapa ade ustaz yg ambil nasihah dalam ayat tu sebagai nasihat bukan loyalitas atau ketulusan

    ape tafsiran para ulama mutaqaddimun berkenaan hadis ini dan siapa yg tafsirkan itu?

  2. sajatinya saya tidak mengartikan semua nasehat dalam hadits tersebut sebagai hasihat sebagaimana mestinya, tetapi kami lihat konteksnya telebih dahulu, oleh sebab itu ada beberapa arti nasihat yang kami maksudkan adalah loyalitas, dan sikap ketulusan

Tinggalkan komentar